
Yogyakarta, Indonesia – 20-21 Februari 2025 – Simposium Ekowisata dan Konservasi Keanekaragaman Hayati (BCE) 2025 telah diselenggarakan di Hotel Alana, Yogyakarta, yang mempertemukan para ahli terkemuka, peneliti, dan pegiat konservasi dari seluruh Indonesia dan mancanegara untuk membahas dan mempromosikan ekowisata berkelanjutan dan konservasi keanekaragaman hayati.
Acara dua hari ini tersebut menampilkan serangkaian pidato utama, sesi pleno, dan presentasi ilmiah, yang berfokus pada berbagai aspek keanekaragaman hayati dan ekowisata. Simposium ini bertujuan untuk mendorong kolaborasi dan berbagi pengetahuan tentang penelitian terbaru, inovasi teknologi, dan praktik terbaik di bidang ini. Acara dihadiri lebih dari 300 peserta, dengan rincian 140 orang pemateri dan sisanya 160 orang non pemateri.




Highlight Hari Pertama:
- Pidato Pembukaan: Simposium akan dimulai dengan pidato sambutan oleh Prof. Jatna Supriatna, PhD (Wakil Ketua Simposium) beliau menyampaikan pada pidatonya terkait Konservasi Keanekaragaman Hayati dan Ekowisata menyoroti pentingnya hubungan antara penelitian ilmiah tentang konservasi keanekaragaman hayati dan pengembangan ekowisata. Beliau menekankan bahwa ekowisata dapat melestarikan lingkungan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal, serta memberikan manfaat ekonomi yang signifikan. Konferensi ini dihadiri oleh 300 peserta dari 4 negara, dengan 250 presentasi lisan dan 50 presentasi poster yang mencakup berbagai topik terkait konservasi dan ekowisata. Pidato ini juga mengapresiasi dukungan dari berbagai organisasi dan institusi yang berkolaborasi dalam menyelenggarakan acara ini.
- Prof. Daniel Murdiyarso, PhD (Presiden AIPI). Dalam paparan pembukaan symposium membahas tentang konservasi keanekaragaman hayati dan ekowisata, menekankan pentingnya menjaga keseimbangan antara pelestarian lingkungan dan pengembangan wisata. Ekowisata yang tidak bertanggung jawab dapat menjadi ancaman bagi ekosistem, terutama melalui hilangnya habitat dan eksploitasi sumber daya alam. Presentasi ini juga menyoroti nilai ekonomi ekosistem pesisir dan laut, serta tantangan dalam memonetisasi layanan ekosistem tanpa merusaknya. Dengan pertumbuhan industri ekowisata yang cepat, mencapai titik keseimbangan antara konservasi dan pembangunan menjadi kunci untuk memastikan keberlanjutan lingkungan dan ekonomi.
- Acara dilanjutkan dengan peluncuran Panggilan Penelitian untuk Wallacea oleh Direktur Jenderal Riset dan Pengembangan (Dirjen Risbang) Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemdiktisaintek) Fauzan Adziman, menyampaikan arahan kebijakan riset dan pengembangan dalam peluncuran skema pendanaan penelitian Research Call for Wallacea 2025. Program ini merupakan kerja sama antara Kemdiktisaintek, Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP), dan Dana Ilmu Pengetahuan Indonesia (DIPI).
Setelah acara peluncuran Research Call for Wallacea, tiba saatnya pada pidato utama yang disampaikan oleh para narasumber diantaranya:
- Dr. Hendra Yusran Siry (Penasehat senior Kementerian KKP) membawakan paparan bertemakan “Marien Conservation and Tourism in Indonesia”.
- Dr. Nandang Prihadi (Direktur Pemanfaatan Jasa Lingkungan, Ditjen KSDAE), menyampaikan paparan terkait “Conserving Biodiversity through wildlife-based ecotourism: its policies and opportunities”.
Menginjak Sesi Pleno: Topik yang dibahas meliputi pengembangan pariwisata dan ekowisata, konservasi laut, dan inisiatif Heart of Borneo. Disampaikan oleh pembicara sebagai berikut;
- Tonny Soehartono (KEHATI-TFCA Kalimantan), menyampaikan paparan berjudul “The Heart of Borneo: Ecotourism Prospective and Challenges”.
- Fitri Hasibuan (Vice President Program, Konservasi Indonesia), Menyampaikan paparan berjudul “Conservation Beyond Species: Building Community Resilience through Economic Welfare and Food Security”
- Dyna Rochmyaningsih (Pulitzer Center), menyampaikan paparan “Embracing Science for Better Conservation”.
- Dr. Dian Novarina (Deputy Director Sustainability and Stakeholder Engagement RAPP), menyampaikan paparan “Coexistence of Tiger and Human in Managed Landscape: Is it Possible?”
- Frank Momberg (Regional Programme Development Director, FFI Asia Pacific), menyampaikan apaparan tentang “Ecotourism and Biodiversity Conservation”.
Sesi Ilmiah: Sesi paralel membahas berbagai tema mencakup keanekaragaman hayati darat, ekowisata dan konservasi keanekaragaman hayati, perspektif komunitas dan budaya tentang ekowisata, perencanaan dan pengembangan ekowisata, inovasi teknologi untuk konservasi dan pariwisata, serta ekosistem laut & air tawar.
Pada malam hari, diadakan jamuan makan malam sekaligus Upacara Peluncuran Buku: Simposium akan menampilkan peluncuran buku “Ekowisata Hidupan Liar Berkelanjutan” oleh Prof. Jatna Supriatna, dimoderatori oleh Dr. Asri A. Dwiyahreni. Turut mengundang 3 narasumber penanggap;


- Kartini Nurdin (Chairman of Yayasan Obor Indonesia)
- Dr. Ir. Wiratno, M.Sc Tenaga Ahli Menteri Bidang Restorasi & Kemitraan Konservasi Kementerian Lingkungan Hidup
- Dr. Frans Teguh MA (Staf Ahli Bidang Pembangunan Berkelanjutan dan Konservasi Kementerian Pariwisata)
Highlight Hari Kedua:
Sesi Ilmiah: Tepat pukul 09.00 WIB, Diskusi lanjutan secara pararel di tujuh ruangan terpisah mendiskusikan tentang keanekaragaman hayati darat, ekowisata dan konservasi keanekaragaman hayati, perspektif komunitas dan budaya tentang ekowisata, perencanaan dan pengembangan ekowisata, ekosistem laut & air tawar, dan topik lainnya.
Simposium BCE 2025 menjanjikan acara yang memperkaya, menyediakan platform untuk dialog yang bermakna dan pertukaran ide untuk memajukan konservasi keanekaragaman hayati dan ekowisata berkelanjutan. Peserta akan memiliki kesempatan untuk berjejaring dengan rekan-rekan, mendapatkan wawasan dari para ahli terkemuka, dan berkontribusi dalam membentuk masa depan ekowisata dan upaya konservasi.
Tepat pukul 16.15, seluruh kegiatan rangkaian symposium selesai. Kemudian dilakukan upacara penutupan acara pada hari kedua tanggal 21 Februari oleh Prof. Jatna Supriatna, diakhiri dengan foto bersama dan pemberian hadiah baik kepada para narasumber maupun peserta yang berhasil menjawab pada saat kuis.
Informasi Tambahan: Simposium ini merupakan forum internasional pertama yang diadakan oleh DIPI bekerja sama dengan RCC UI, British Ecological Society, dan University of Aberdeen. Acara ini bertujuan untuk membahas isu-isu terkini dalam bidang konservasi biodiversitas dan ekowisata, serta mencari solusi inovatif melalui kolaborasi antara akademisi, peneliti, praktisi, dan pemangku kepentingan lainnya.
DIPI Team.